Frobel dan Montessori
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Membimbing
anak didik untuk semakin sadar akan jati diri sebagai anak Allah dan anak alam,
bertumbuh dalam pengetahuan dan pengertian, juga menghargai perasaannya sebagai
cara mengetahui yang berlaku, supaya ia dapat memecakan masalah-masalah secara
tangkas, bermoral dan adil terhadap diri sendiri, sesamanya dan dunia alam,
serta memenuhi panggilannya dalam masyarakat. Semua itu dilaksanakan
berdasarkan kehormatan terhadap bakat setiap pelajar dan keinginannya untuk memprakarsai
pelajarannya. Pendidikan menurut Frobel untuk mendorong dan membimbing manusia
sadar berpikir dan memahami menjadi sedemikian rupa sehingga menjadi
representasi murni dan sempurna itu merupakan hukum batin ilahi melalui pilihan
pribadinya sendiri dalam mencapai tujuan.
Frobel
memperhatikan bidang pendidikan secara umum menjadi tiga yakni: kurikulum untuk
ibu, kurikulum untuk taman kanak-kanak, dan kurikulum untuk sekolah dasar.
Dijelaskan pula mengenai metodologi, peranan guru, hubungan sekolah dan
keluarga. Selain itu Frobel membagi tahapan kurikulum untuk empat golongan atau
kelompok usia: anak pra sekolah, taman kanak-kanak, anak kecil dan anak
tanggung.
Beberapa
jenis metodelogi yang dipakai Frobel untuk mengembangkan seseorang sesuai
tabiat atau karakternya yaitu: berdoa, percakapan, menghafalkan, mengucapkan
jawaban secara bersama-sama, bermain, swakaji (guru tidak berceramah), meninjau
dan memeriksa, pelaporan, bertanya, mengerjakan berdasarkan pola-pola,
bercerita, latihan dan ulangan.
Peranan
pendidikan pertama dan utama dalam keluarga (ayah dan ibu) merupakan proses
perkembangan anak. Keluarga harus menjadi wadah yang mampu mengembangkan semua
kemungkinan yang tersirat dalam tabiat anak sebagai mahluk yang diciptakan
segambar dengan Allah. Keluarga merupakan kunci untuk memperbaharui pendidikan.
Setiap anak memiliki tahap perkembangan tertentu
sesuai dengan perkembangan umurnya. Faktor lingkungan serta perlakuan orang
dewasa hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan anak. Oleh karena
itu, Montessori berpendapat bahwa lingkungan haruslah merupakan tempat yang
menyenangkan, tempat yang kondusif untuk membantu perkembangan, tempat dimana
guru atau orang dewasa dapat mengobservasi perkembangan dan membuat
perubahan-perubahan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.
Untuk dapat memperlakukan semua aspek dengan penuh
kasih sayang, perhatian dan penghargaan. Anak harus diarahkan memperlakukan
teman lain dan guru dengan lembut, sopan, dan penuh penghargaan. Menghargai
atau menghormati diri sendiri anak diajarkan untuk tidak hanya menghargai orang
lain dan benda. Anak dibebaskan untuk melakukan aktivitas apa saja sejauh tidak
melanggar atau merampas barang orang lain. Anak juga dibebaskan melakukan
aktivitas dengan semua alat bermain sejauh anak menggunakannnya dengan cara
yang benar. Selain batasan yang tidak boleh terjadi dalam lingkungan bebas,
Montesori menyarankan beberapa hal tentang kebebasan anak antara lain:
kebebasan bergerak, kebebasan memilih, kebebasan berbicara, dan kebabasan untuk
tumbuh. Melalui kebebasan-kebebasan dalam kelas Montesori, maka anak akan
memperoleh kesempatan-kesempatan unik terhadap tindakannya sendiri. Anak akan
menyadari segala konsekwensi atas apa yang ia lakukan baik dalam dirinya
ataupun orang lain, mereka belajar membuktikan atau menguji dirinya terhadap
batasan-batasan realistis, belajar tentang apa saja yang membuat puas atau
sebaliknya merasa kosong atau tidak puas atau kecewa. Peluang untuk
mengembangkan pengetahuan diri (self knowledge) yang merupakan hasil penting
dari kebebasan dalam kelas Montesori.
Melalui keteraturan kebebasan yang diciptakan dalam
kelas Montesori perkembangan anak dapat terstimulasi dengan baik, orang tua
diharapkan membantu anak dalam memperoleh kemandirian melalui lingkungannya
dengan cara memberikan kegiatan yang dapat mendorong kemandirian, mengembangkan
kemauan (tekad dan daya juang) dengan cara melatih mereka mengkoordinasikan
tindakannya untuk mencapai tujuan tertentu, mengarahkan kedisiplinan dengan
cara memberikan kesempatan anak untuk melakukan aktifitas konstruktif, serta
membantu mengembangkan pemahaman anak tentang baik dan buruk.
B.
TUJUAN
PENULISAN MAKALAH
Frobel merumuskan tujuan umum pendidikan adalah
membimbing anak didik untuk semakin sadar akan jati diri sebagai anak sebagai
anak Allah dan anak alam, pertumbuhan dalam pengetahuan dan pengertian, juga
menghargai perasaannya sebagai cara mengetahui yang berlaku, supaya anak dapat
memecahkan masalah-masalah secara tangkas, bermoral dan adil terhadap diri
sendiri, sesamanya dan dunia alam, secara memenuhi panggilannya dalam
masyarakat. Semua itu dilaksanakan berdasarkan kehormatan terhadap bakat setiap
pelajar dan keinginannya untuk memprakarsai pelajarannya.
Tujuan pembahasan Montessori adalah mengoptimalkan
seluruh kemampuan anak melalui stimulasi yang dipersiapkan. Untuk dapat
memberikan stimulasi yang maksimal maka guru harus mempersiapkan lingkungan
pembelajaran yang tenang dan teratur. Kelas yang terdiri dari bermacam-macam
usia membuat anak dapat belajar dari anak yang lebih tua usiannya selain juga
belajar dari guru. Walaupun anak belajar secara individual, namun anak dilatih
mandiri. Model pembelajaran Montesori berpusat pada anak dan lebih
mengedepankan pemberian bekal keterampilan hidup agar anak menjadi pribadi yang
mandiri dan siap menghadapi kehidupan selanjutnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH
1.
Frederich
Wilhelm Frobel
Frederich
Wilhelm Frobel lahir di Thuringen, Jerman 21 April 1782. Ayahnya seorang
pendeta dan ibunya meninggal dunia saat Frobel berusia 6 bulan. Kemudian diasuh
oleh ibu tiri kejam yang tak mau mengakui Frobel sebagai anaknya. Masa kecilnya
semakin pahit karena ayahnya tidak pernah mau tahu keadaaannya, bahkan Frobel
dicap oleh ayahnya sebagai anak terkutuk dengan kemampuan intelektual yang
rendah. Penderitaan yang dialami semasa kecil membangkitkan hasratnya untuk
memperbaiki dan mengubah cara mendidik anak, baik dirumah maupun disekolah.
Karena itu Frobel menciptakan “KINDERGARTEN” (Taman Kanak-kanak) yang
berasaskan pada konsep belajar melalui bermain dan sampai sekarang dianggap
sebagai bapak PAUD. Frobel dianggap sebagai ‘
the founding fahter’ dari pendidikan anak usia dini. Frobel menghasilkan
suatu sistem”kindergarten”. Frobel adalah orang pertama yang memiliki ide untuk
pembelajaran anak di luar rumah( Soejono; 1988 : 29-58). Tahun 1807 menulis
surat pada kakaknya Frobel menjelaskan tentang cita-citanya untuk membangun
sebuah sekolah. Frobel mendirikan sekolah pertama di Keilhau kemudian
menerbitkan buku yang berjudul “ the
education of man”. Kemudian tahun 1831 mendirikan sekolah di Switzerland.
Membuka pendidikan pra sekolah pada tahun 1837, Frobel membuat konsep kubus,
permainan-permaina, lagu, cerita, kerajinan tangan sebagai sarana belajar bagi
anal pra sekolah. sampai pada tahun 1848 frobel berhasil mendirikan puluhan
sekolah di Jerman. Dan meninggal pada 21 Juni 1852 di Schweina,
wartburgkreis,thuringen, Jerman di usia 70 tahun.
2.
Maria
Montessori
Maria Montessori lahir
di Italia pada tahun 1870 di Chiaravalle,
sebuah propinsi kecil di
Ancona, karena sebagai
anak muda, Montessori mempunyai minat dan bakat yang
besar pada matematika, orang tuanya mengirimkannya
ke Roma agar Montessori memperoleh kelebihan-kelebihan pendidikan sebuah kota
besar. Meski orang tuanya ingin Montessori menjadi guru, Montessori justru
memutuskan untuk untuk menekuni bidang engineering.
Namun bidang engineering bukanlah kesukaannya dan setelah perkenalan
yang singkat pada bidang biologi, kemudian Montessori memutuskan menekuni
bidang kedokteran. Pada tahun 1896, Montessori menjadi wanita
pertama di Itali yang mendapatkan gelar
Doctor of Medicine. Setelah lulus dari
sekolah kedokteran, Maria bekerja
di klinik psikiatrik Universitas Roma dan pekerjaannya yang berhubungan dengan
masalah cacat mental ini sangat membantunya dalam menuangkan gagasan-gagasan pendidikan pada masa-masa
yang akan datang. Dia sangat yakin bahwa defisiensi mental lebih merupakan masalah pedagogis daripada gangguan medis dan
merasa bahwa dengan latihan pendidikan khusus orang-orang cacat ini akan dapat dibantu. Dan, pada gilirannya,
pendidikan dan pemahamannya terbukti memberikan kontribusi sangat besar dalam
pengembangan kemampuan anak yang menderita cacat mental. Casa dei Bambini, atau
"Children's House" didirikan pada tahun 1907 di Roma yang
diperuntukkan bagi anak-anak cacat
mental ini, semuanya berumur di bawah lima tahun.
Pada tahun 1909,
sebagai hasil minatnya yang besar terhadap Casa dei Bambini, Maria
Montessori menerbitkan Scientific Pedagogy as
Applied to Child Education in the Children's Houses. Karyanya ini
menarik perhatian masyarakat dan orang-orang Amerika yang pertama memberikan
tanggapan. Namun, gagasan-gagasannya segera mendapatkan kritik, sebagian besar
karena fakta bahwa bangsa Amerika telah mendapatkan bentuk pendidikan yang
mapan dan tidak beranggapan bahwa latihan-latihan ekstensif untuk perkembangan anak lebih lanjut seperti tidak
perlu bagi anak usia pra-sekolah.
Diantara pengkritik ini adalah pengikut Darwinisme konservatif yang sangat
percaya pada " fixed intellegence" dan yakin bahwa faktor keturunan adalah satu-satunya penentu
perkembangan anak. Teori-teori Freud (Psikoanalitis) juga mendapat perhatian di
awal revelasi Montessori bahwa materi-materi pendidikannya membangkitlkan minat
Spontaneous anak dalam belajar. Pada tahun 1915, Maria Montessori secara
antusias di terima di Amerika. Dia memberkan
kuliah dan mengadakan kursus-kursus bagi para guru di California.Untuk memperkenalkan lebih
lanjut metodenya kepada
masyarakat luas, sebuah kelas Montessori didirikan di San Fransisco World
Exhibition pada tahun 1915. Setelah kembali ke eropa, dia memberikan kuliah di
beberapa negara dan juga menghabiskan banyak waktunya dalam penelitian lebih
lanjut. Dr. Montessori meninggal di
Belanda tahun 1952 pada umur 81 tahun.
Setelah kematiannya, anak laki-Iakinya Mario Montessori menggantikannya sebagai
direksi Association Montessori Internationale dengan kantor pusat di Amsterdam.
B.
KONSEP
FILOSOFI
1.
Konsep
Filosofi Frederich Wilhelm Frobel
a. Adanya
kurikulum dan metodologi yang sesuai dengan perkembangan anak.
Frobel
membagi tahapan kurikulum menjadi beberapa golongan yaitu: masa bayi, masa anak-anak dan
masa tanggung. Masa bayi atau masa ketergantungan sebagai tahap “pendahuluan”
bagian “dasar pendidikan”. Orang tua dituntut untuk aktif dan memperhatikan
bayi sebelum bayi menunjukkan tindakan atau gerakan seperti menangis. Hal itu
perlu dilakukan untuk sang bayi agar terjadi pertumbuhan batin dimana sang bayi
akan menghormati orang yang ada disekitarnya. Pada tahap perkembangan ini bayi
juga dinamakan Saugling yaitu menghisap maksudnya bayi menangkap keanekaragaman
dari sekitarnya. Orang disekitar bayi tersebut mampu mengembangkan lingkungan
yang sehat, aman, menarik dan murni. Dan setiap gerakan bayi harus diperhatikan
mulai dari bayi tersenyum, sedang diam, dan dalam pangkuan ibu. Masa
kanak-kanak atau massa permulaan pendidikan karena tahap ini anak sudah mulai
bisa mengucapkan kata benda. Frobel menekankan mengenai bermain dan menarik
hubungan antara bermain dengan pengalaman pendidikan. Bermain merupakan proses
dimana perkembangan kepribadian sedang terjadi. Karena itu, ruang gerak anak
tidak boleh dibatasi karena apabila kegiatan seorang anak dibatasi maka sama
dengan mengikat nalar anaknya karena iya tidak bebas untuk menjelajahi
lingkungannya. Masa ini akan berakhir apabila seorang anak sudah mempunyai
pengalaman lahiriah dan menjadikannya sebagai pengalaman batiniah. Masa untuk
belajar, anak sudah mulai mendapat pendidikan secara formal dan sistematis baik
itu dibimbing guru maupun orang tua. Titik beratnya usaha untuk memperoleh
pengetahuan tentang hal yang lahiriah, khas dan khusus. Frobel menekankan bahwa
anak mempunyai kecenderungan untuk mengerjakan sesuatu dan dalam mengerjakan
sesuatu alangkah baiknya jika orang tua memperhatikan apa yang dikerjakan anak
dan memberikan dukungan dan apabila pekerjaan tersebut selesai maka orang tua
selayaknya memuji pekerjaan tersebut. Seorang anak menjadi nakal karena
dilingkungannya ia tidak diperlakukan dengan baik.
Frobel mendasarkan
pandangan teologi pada alam. Alam senantiasa untuk mencapai kecerdasannya atau
terus menerus mengalami perubahan untuk menuju ke bentuk sempurna. Selain itu
Frobel mengatakan bahwa alam itu menggambarkan Allah.
Metodologi
yang dipakai Frobel untuk mengembangkan seorang anak sesuai dengan karakternya
yaitu: berdoa, percakapan, menghafalkan, menjawab pertanyaan, bermain, swakaji
(beraktivitas), meninjau dan memeriksa, pelaporan, bertanya, mengajarkan
berdasarkan pola-pola, bercerita, latihan dan ulangan.
b. Frobel
menekankan pada pentingnya peranan guru untuk mempersiapkan pengalaman belajar,
merencanakan pengalaman belajar, mengamati kegiatan perkembangan anak dan
memfasilitasi jika mereka akan belajar sesuatu. Serta mengevaluasi rencana
pengalaman belajar yang lebih dalam bagi si anak. Karena mereka akan belajar
ketika mereka siap belajar.
c. Pentingnya
belajar melalui bermain. Anak akan mudah menyerap makna pembelajaran, ketika
kegiatan dilakukan melalui bermain.
d. Peran
orang tua sangat penting dalam proses perkembangan dan pendidikan anak. Keluarga
adalah kunci untuk dapat mengembangkan karakter dan bakat yang dimiliki anak.
e. Kurikulum
meliputi : pekerjaan, seni, keahlian, & konstruksi. Dilakukan sambil
bermain misal : dgn clay, kotak, menggunting kertas, menganyam, melipat,
menusuk kertas, meronce mute, menggambar, menyulam, menyanyi, permainan, bahasa
& aritmatika.
f. Kurikulum
Froebel terencana dan sistematis (sbg pelopor). Dasarnya adalah :GIFT, OCCUPATION, NYANYIAN.
g. GIFT
: Obyek yg dapat dipegang & digunakan anak sesuai dgn instruksi dari guru,
utk belajar bentuk , warna, konsep melalui menghitung, bentuk , warna, konsep
melalui menghitung, mengukur, membedakan dan membandingkan.
h. OCCUPATION
: materi yg dirancang utk mengembangkan variasi keterampilan, psikomotor (yg
utama) melalui : meronce, menggambar, melipat, menempel dll.
2.
Konsep
filosofi Maria Montesori
a. Menghargai
anak sebagai individu yang unik. Masing-masing anak memiliki pribadi yang
berbeda sehingga pelayanannya harus sesuai karakternya.
b. Pembelajaran
bersifat individual. Karena anak memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.
c. Anak
memiliki pikiran yang cepat menyerap. Diibaratkan seperti daya serap kertas
tissue terhadap air. Anak terus menerus menyerap informasi dari lingkungannya
secara sadar atau tidak sadar tanpa adanya aktivitas berfikir terhadap
informasi yang diserapnya.
d. Anak
memiliki masa peka. Setiap anak melewati masa-masa tertentu dalam setiap
perkembangannya dan lebih mudah untuk belajar yang disebut dengan periode
sensitive belajar (masa peka). Potensi ini akan mati dan tidak akan muncul lagi
apabila tidak diberikan kesempatan untuk berkembang tepat pada waktunya.
e. Lingkungan
yang dipersiapkan memungkinkan anak belajar sendiri. Anak terus menerus berada
dalam keadaan pertumbuhan dan perubahan yang sangat dipengaruhi oleh
lingkungan. Lingkungan ditata dengan berbagai seting sehingga anak tidak
bergantung dengan orang dewasa yang membuat anak bebas untuk bergerak, bermain
dan bekerja.
f. Menjadikan
anak sebagai pusat pembelajaran dan mengobservasinya. Tugas guru hanya
mendorong memberikan kesempatan belajar dan membiarkan anak belajar sendiri,
dengan lingkungan yang telah dipersiapkan oleh guru yang membuat anak dapat
bereksplorasi, berekspresi, mencipta tanpa dibantu olah guru.
g. Lingkungan
dipersiapkan dengan materi-materi yang terstruktur, dibagi menjedi 3 yaitu
materi sensorial, materi konseptual dan materi kehidupan praktis atau
sehari-hari.
h. Kurikulum
disusun berdasarkan kemampuan anak untuk memberi pengalaman belajar yang sesuai
dengan kebutuhan anak. Lebih menekankan pentingnya arti disiplin pada awal-awal
pembelajaran tanpa mengurangi kebebasan anak untuk memilih aktivitas yang telah
disediakan di kelas.
i.
Beberapa pandangan utama Montessori; semua
bentuk pendidikan adalah pendidikan diri sendiri, pembentukan otoaktivitas pada
diri anak. Masa peka ditandai oleh keadaan suatu potensi menunjukkan kepekaan untuk
berkembang. Anak memperoleh kebebasan dan selalu senang sehingga dapat berkembang
dan tumbuh. pendidikan pedosentris bahwa anak memiliki bawaan, kemampuan dan perkembangannya
masing-masing,sehingga anak membutuhkan perhatian individual.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Ferderich
Wilhelm Frobel
Frobel (21 April 1782-
21 Juni 1852), lahir di Jerman. Ia dianggap sebagai ‘ the founding fahter’ dari pendidikan anak usia dini atau “bapak
hak anak untuk mengembangkan kekayaan yang terdapat dalam masa kanak-kanak”. Pendidikan
yang dimaksudkan Frobel adalah membantu
anak menumbuhkembangkan sendiri talenta-talentanya yang tersembunyi dalam
dirinya tanpa pemaksaan dan lewat pengawasan yang ada. Menurut Frobel meletakkan
dasar-dasar yang terinci mempersiapkan anak pra sekolah (di bawah 6 tahun)
untuk memasuki dunia pendidikan yang sesungguhnya sangatlah penting. Permainan
merupakan metode yang paling cocok dan penting bagi penerapan ekspresi spontan
dalam diri anak. Anak diberikan kebebasan untuk mengekpresikan diri lewat
metode yang ada untuk membentuk diri yang memungkinkan dia tetap dalam
karakternya ketika berhadapan dengan berbagai situasi yang ada di
lingkungannya, sekaligus juga terbuka terhadap pengetahuan yang baru sejauh
perlu. Banyak sekali pemikiran dan metode-metode pendidikan anak prasekolah
yang ditawarkan Frobel, masih dipakai hingga saat ini, misalnya seni
ketrampilan tangan, keahlian dalam konstruksi, menyanyi, kegiatan permainan,
bahasa, dll. Walaupun sudah tidak sama persis tetapi urutan cara berpikir dan
konsepnya masih sama.
2.
Maria
Montesori
Maria Montessori lahir
di Italia pada tahun 1870 di Chiaravalle,
sebuah propinsi kecil di
Ancona. Ia adalah seorang pendidik, ilmuan, dokter Italia. Pendidikan
Maria Montessori adalah mengoptimalkan pada seluruh kemampauan anak melalui
stimulasi yang dipersiapkan untuk dapat memberikan stimulus yang maksimal.
Model pembelajaran Montessori berpusat pada anak dan lebih mengedepankan
pemberian bekal keterampilan hidup agar anak menjadi pribadi yang mandiri dan
siap menghadapi fase-fase kehidupan selajutnya. Montessori mengembangkan sebuah
metode pendidikan anak-anak dengan memberi kebebasan bagi mereka untuk
melakukan kegiatan dan mengatur acara harian. Metode ini dikenal dengan Metode
Montessori.
B.
SARAN
1. Mahasiswa
dapat memahami teori dari Frobel dan Montessori sehingga mahasiswa dapat
megaplikasikan teori-teori tersebut ketika mereka memasuki dunia kerja sebagai
pendidik.
2. Guru
dan peneliti diharapkan mampu mengaplikasikan teori-teori tersebut ke dalam
proses belajar mengajar dan di dalam proses penelitian.
3. Masyarakat
umum serta pemerintah diharapkan setelah memahami teori-teori tersebut
khususnya orang tua dapat mendidik dan menstimulasi perkembangan anak sejak
usia dini dengan optimal. Sedangkan pemerintah diharapkan mampu memperbaiki
kurikulum pendidikan di Indonesia serta memberikan fasilitas pendidikan yang
memadai bagi keburuhan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Padmonodewo, Soeminarti.Pendidikan Anak Prasekolah.Jakarta: PT
Rineka Cipta,2003
Sujiono, Yuliani.Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta:
Puri Media,2011
Maryatun Ika B.4 September 2012.Bahan Perkuliahan Mata Kuliah Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Yogyakarta.
Crain, William.Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2007
http://novatriyanti’s.blogspot.com/2008/07/teori-montessori.html
Komentar
Slot games online. Game Categories: Bingo, Casino 보령 출장안마 Games, Mobile Games, Slots, 보령 출장안마 Video Poker, Bingo. 군포 출장마사지 Games are 대구광역 출장샵 the 전라남도 출장안마 most popular in the world.