Teori Perkembangan Montesori

TEORI PERKEMBANGAN MONTESSORI
1.      Periode Kepekaan akan Keteraturan
Terjadi selama tiga tahun perama, anak memiliki kebuhan yang kuaterhadap keteratran. Segera setelal memeuki periode ini, mereka menyukaimeletakkan objek di tempatnya semula, mereka sering marah jika melihat sesuatu yang tidak pada temptnya.
2.      Peride Kepekaan akan Detail
Antara usia satu sampai dua tahun, anak akan memusatkan perhatian detail selama bermenit-menit. Kepedulian akan detail menandakan perubahan di dalam perkembagan psikis anak. Mereka pertama-tama tertarik pada objek yang mencolok, dengaan warnayang cemerlang, mereka berusaha memenuhi pngalaman selengkap mungkin
3.      Periode Kepekaan bagi Penggunaan Tangan
Antara usia 18 bulan sampai 3 tahun, anak-anak suka memegang objek-objek. Secara khusus mereka suka membaca dan mentup segala sesuatu, meletakan ojek edalam kotak, menuangkannya keluar, lalu memasukannya kembali.
4.      Periode Kepekaan untuk Berjalan
Periode kepekaan yang paling mudah dibaca adalah berjalan. Belajar berjlan, kata monresori adlah sejenis kelahiran kedua; anak berubah dari makhluk yang tak berdaya menjadi makhluk yang aktif.
5.      Periode Kepekaan terhadap Bahasa
Periode yang paling menajubkan – terdiri atas penguasaan bahasa. Apa yang meajubkan adalah kecepatan belajar anak dalam menguasia proses kompleks tersebut. Mereka harus belajar bukan hanya kata-kata dan maknanya, namun juga gramatikanya, sebuah sistem aturan yang memberitahukan mereka tempat bermacam-macam bagian ujaran. Kemahiran bahasa anak-anak mirip dengan konsep pencetakan. Pada masa kritis tertentu—dri bulan-bulan pertama kehidupan sampai dua setengah tahun—anak-anak secara bawaan bersiap-siap menyerap suara, kata-kata dan gramaika dari lingkungan.
PENDIDIKAN DIRUMAH
Anakanak didorong oleh implus batinnya untuk menguasai pengalaman-pengalaman tertentu secara independen. Untuk isa memberi bantuan, kita tidak selelu memerlukan pengetahuan formal tentang psiologi anak. Apa yang bisa dilakukan adalah memberi mereka kesempatan untuk mempelajari apa yang paling vital bagi mereka. Ita bisa mengamati ketertarikan spontan mereka dan memberian peuang untuk mengembangkannya.
SEKOLAH MONTESSORI
1.      Independensi dan konsentrasi
Tujuan pendidikan di sekolah sama dengan tujuan di rumah. Guru tidak boleh berupaya untuk mengarahkan, menginstruksikan, mendikte atau memaksa anak-anak; sebaliknya, guru harus memberi anak-anak kesempatan untuk menguasai kemampuan tertentu secara independen.
2.      Pilihan Bebas
Montessori berusahamenangguhkan pemikiran-pemikirannya sendiri mengenai apa yang mestinya dipelajari anak dan mengamati apa yaang mereka pilih waktu diberi pilihan bebas. Pilihan bebas ini, biasanya membawa anak-anak kepada pengerjaan tugas-tuga yang paling berkesan bagi mereka.
3.      Penghargaan dan Penghukuman
Bukanlah pengatur melainkan pengikut. Anaklah yang membuka jalannya, mengungkapkan kerja apa yang paling dibutuhkannya. Penghargaan dan penghukuman tidak memiliki tempat di ruang kelas Motessori. Uru-guru montessorian percaya kalau mereka dapat memberikan perhatian yang cukup bagi kecenderungan spontan anak, maka mereka dapat menemukan materi yang cocok untuk anak bekerja secara serius dengan cara mereka sendiri.
4.      Persiapan Bertahap
Montessori menemukn bahwa anak-anak tidak bisa belajar banyak keahlian dengan sekaligus. Montessori mengembangkan materi-meteri yang akan memampukan anak-anak mempelajari kemampuan-kemampuan ini secaraa bertahap, pada tingkatan-tingktan yang bisa mereka kuasai.
5.      Membaca dan Menulis
Montessori melihat bahwa ketika memasuki usia empat tahun, anak-anak akan belajar membaca dan menulis dengan sangat antusias. Ini karena mereka masih berada di dalam periode kepekaan umum terhadap bahasa. Mereka baru saja menguasai bahasa secara tidak sadar, dan sekarang ingin belajar semua hal tentangnya pada tingkatan yang lebih sadar, dan aktivitas membaca dan menulis mengizinkan mereka melakukan hal ini. Jika sebaliknya, anaak harus menunggu sampai umur enam atau tujuh tahun untuk belajar bahasa tertulis seperti biasa dilakukan di seolah-sekolah, tugas ini anak jadi lebih sulit karena periode kepekaan terhadap bahasa sudah berlalu.
6.      Tingkah Laku Menyimpang
Penyimpangan tingkah laku, menurutku Montessori, biasanya mengindikasikan bahwa anak-anak tidak mendapat kepenuhan di dalam kerja mereka. Karena itulah tugas orang dewasa bukan memaksakan otoritasnya kepada anak-anak melainkan mengamati setiap anak lebih dekat sehingga kita memiliki posisi yang lebih baik untuk memperkenalkan materi-materi yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan perkembangan batiniahnya itu.
7.      Fantasi
Montrssori mengkritik tajam upaya-upaya untuk memperkaya kehidupan fantasi anak lewat dongeng sebelum tidur, fabel-fabel dan cerita-cerita khayalan lainnya. Dia melihat fantasi sebagai produk pikiran yang sudah kehilangan ikatannya dengan realitas. Orang gila kehlangan kemampuan untuk menghadapi dunia nyata dan mundur ke dalam imajinasinya sendiri.
Sikap Montessori terhadap fantasi sekilas tampak kontradiktif dengan salah satu pandangan dasarnya: bahwa kita mestinya mengikuti kecenderungan alamiah anak-anak. Seperti dikatakan “mentaitas anak berbeda dari mentalitas orang dewasa; mereka suka melarikan diri dari batasan-batasan kita yang terlalu ketat dan menyaolok dan suka mengembara di dunia-dunia yang tidak nyata yang menyenagkan. Karena itulah, menjadi tugas kita untuk membantu anak-anak mengatasi kecenderunga-kecenderungan tersebut.

Komentar

Postingan Populer